Pada era globalisasi ini banyak sekali masyarakat yang memelihara hewan peliharaan, salah satunya adalah kucing. Kucing adalah hewan yang digemari dan banyak dipelihara di berbagai negara maju. Kucing telah menjadi bagian dari kehidupan manusia selama ribuan tahun. Salah satu hewan yang mendapat perhatian untuk dipelihara dan dikembangbiakan adalah Kucing. Kucing mempunyai daya tarik tersendiri karena bentuk tubuh, mata dan warna bulu yang beraneka ragam dengan kelebihan-kelebihan tersebut maka kucing dapat dikembangbiakan dan dibudidayakan (Mariandayani, 2012). Dengan banyaknya masyarakat yang memelihara kucing, kesadaran orang pada kesehatan kucing juga semakin meningkat. Hal ini disebabkan karena timbulnya berbagai macam penyakit pada kucing salah satunya memiliki gejala klinis yaitu anemia. Anemia memiliki ciri-ciri kelesuan, perubahan mental, peningkatan upaya pernapasan, selaput lendir pucat, meningkatnya denyut jantung dan pemeriksaan laboratorium (ketika PCV kurang dari 31%, Hgb kurang dari 10.9 g/dL, dan RBC kurang dari 6,9 mill/uL (Loftus et al, 2019). Anemia merupakan suatu keadaan dimana kadar hemoglobin (Hb) didalam darah lebih rendah dari pada nilai normal (Roosleyn, 2016).
Penyebab anemia bisa dari faktor gizi terkait dengan defisiensi protein, vitamin, dan mineral, sedangkan faktor non gizi terkait penyakit infeksi. Protein berperan dalam proses pembentukan hemoglobin, ketika tubuh kekurangan protein dalam jangka waktu lama pembentukan sel darah merah dapat terganggu dan ini yang menyebabkan timbul gejala anemia, sedangkan vitamin yang terkait dengan defisiensi zat besi adalah vitamin C yang dapat membantu mempercepat penyerapan besi di dalam tubuh serta berperan dalam memindahkan besi ke dalam darah, mobilisasi simpanan besi terutama hemosiderin dan limpa (Masthalina dkk, 2015).
Anemia juga dilaporkan terjadi pada sejumlah penyakit menular – khususnya infeksi virus leukemia kucing feline immuno-deficiency virus (FIV) and feline leukaemia virus (FeLV) infections, dan feline infectious peritonitis (Shelton and Linenberger, 1995; Shelton et al, 1995; Norris et al 2005 in Barfield and Adamantos, 2011). Selain itu, juga dilaporkan organisme menular yang dihubungkan dengan anemia termasuk spesies bartonella (menyebabkan anemia sementara), spesies Erlichia, Neoricketsia risticii, Anaplasma phagocytophilum, Cytauxzoon felis dan Rickettsia felis (Sykes 2010; Guptill 2010 in Barfield and Adamantos, 2011).
Anemia diklasifikasikan oleh respon sumsum menjadi dua yaitu anemia regenerative dan anemia non regenerative. Anemia regenerative yaitu suatu keadaan dimana kucing yang terkena anemia dengan sel eritrosit yang belum matang (eritrosit yang belum sempurna) seperti terlihat terutama sebagai respons terhadap kehilangan darah atau hemolisis, jarang dikaitkan dengan erythroid neoplasia pada kucing. Sedangkan anemia nonregeneratif yaitu keadaan anemia yang tidak ada eritrosit yang belum matang. Karena ketika tubuh kehilangan banyak darah dan sum-sum tulang belum bisa memproduksi eritrosit baru lagi.
Klasifikasi anemia berdasarkan morfologi harus dilihat dengan pemeriksaan laboratorium karena harus mengetahui MCV dan MCHCnya. Anemia Makrocytic hypocromic yaitu ketika MCV naik dan MCHC turun ketika respon regenerative setelah kehilangan darah atau hemolysis. Macrositik normochromic ketika MCV naik dan MCHC normal seperti kehilangan darah atau hemolisi dan terjadinya penyakit FeLV. Microcytic hypocromic ketika MCV dan MCHC turun ketika kekurangan zatbesi dan B6. Microcytic normochromic ketika MCV turun dan MCHC normal terjadi saat kekurangan zat besi dan gagal hati. Normoytichypochromic ketika MCV normal dan MCHC turun ini biasanya jarang terlihat.
Gangguan yang menyebabkan anemia nonregeneratif penyakit inflamasi (terutama kronis) infeksius seperti bakteri, jamur, virus, protozoa dan parasit (kutu, tungau dan caplak) dan non infeksius. Penyakit ginjal (kronis) yang disebabkan oleh sum-sum yang tidak terbentuk dengan sempurna atau kegagalan dalam berkembangnya sum-sum misalnya yaitu myelitis, toxicosis yang dapat menyebabkan anemia.
Anemia berbahaya jika terjadi kegagalan beberapa fungsi organ diwaktu yang sama dan kecelakaan yang membuat pendarahan hebat pada kucing, maka ini merupakan kondisi anemia yang sangat berbahaya. Pada kitten (anak kucing kutu dan caplak bisa meyebabkan kondisi anemia yang berakibat fatal . karena dengan banyaknya kutu atau caplak akan membuat darah diserap sangat banyak tetapi berbanding terbalik produksi darah merah terbatas karena hewan masih muda
Pada pasien bedah, medis dan sakit kritis, transfusi darah harus dilakukan sebagai pilihan terapi pertama untuk pengobatan anemia akut, terutama ketika mengalami traumatik, kehilangan darah akut, atau ketika pasien memiliki mekanisme kompensasi yang terbatas dalam menanggapi respon. Perawatan suportif dengan memberikan makanan yang memiliki gizi yang tepat agar tidak kekurangan zat besi atau vitamin B6 . Manajemen parasite juga harus diperhatikan. Pemeriksaan laboratorium juga diperlukan untuk mengetahui keadaan kucing apakah terjadi anemia atau tidak.
Barfield, D and Sophie, A. 2011. Feline Blood Transfusions : A Pinker Shade of Pale. J. of Feline Medicine and Surgery. 13:11 Guptill LF. Feline bartonella. In: Ettinger SJ, Feldman EC, eds. Textbook of veterinary internal medicine. 7th edn: Oxford, Saunders; Elsevier, 2010: 896–900. Loftus, John P. DeRosa, Sage. Struble, Angela M. Fandolph, John F. Wakshlag. 2019. One-year study evaluating efficacy of an iodine-restricted diet for the treatment of moderate-to-severe hyperthyroidism in cats. Ithaca: Dove press Mariandayani, H.N. 2012. Keragaman kucing domestic (Felis domesticus) Berdasarkan Morfogenetik. Jurnal peternakan sriwijaya Vol 1 no 1. Hal. 10,11,3. Masthalina, H dkk. 2015. Pola konsumsi (faktor inhibitor dan enhancer fe) terhadap status anemia remaja putri. J. Kemas. 11 (1). 80-86 Roosleyn, IPT. 2016. Strategi dalam penanggulangan pencegahan anemia pada kehamilan. J. ilmiah . 3. 3 Shelton, GH and Linenberger ML. Hematologic abnormalities associated with retroviral infections in the cat. Semin Vet Med Surg 1995; 10: 220–33 Shelton, GH and Linenberger ML, Persik MT, Abkowitz JL. Prospective hematologic and clinicopathological study of asymptomatic cats with naturally acquired feline immuno deficiency virus-infection. J Vet Intern Med 1995; 9: 133–40. Steven L. Stockham and Michael A.Scott. 2002. Fundamentals of Veterinary Clinical Pathology. State Avenue: Lowa state pree Sykes JE. Ehrlichia, anaplasmosis, Rocky Mountain spotted fever, and neorickettsial infection. In: Ettinger SJ, Feldman BF, eds. Textbook of veterinary internal medicine. 7th edn. Saunders; Elsevier, 2010: 901–9.